Saya agak-agak semangat ketika tau bakal dapet pelajaran Buying1, Buying2 dan Buying3, yg mana artinya merupakan pelajaran yg sangat berguna untuk calon-calon buyer. Tapi baru sampe pertengahan Buying2, saya mulai-mulai agak nyerah dan tertarik untuk ganti cita-cita jadi visual merchandiser. Agak shock karena ternyata jadi seorang buyer se-complicated ini, saya mulai melakukan research di wikipedia.
Fashion buyer menurut wikipedia:
In the fashion industry, a buyer is someone who decides what fashion items will be stocked in a store, based on his or her predictions about what will be popular with shoppers. Fashion buyers usually attend trade fairs and fashion shows to observe trends. They may work for large department stores or a small boutiques. Decisions about what to stock can greatly affect fashion businesses.
Fashion buyer menurut saya:
Seseorang yg ditugasin untuk pergi ke negara asal retail company si franchisee (e.g. Zara di Spanyol atau GAP di US) dan memilih-milih style, bahan, warna dan aksesori yg cocok untuk dijual di Indonesia - this sounds really really exciting!
Fashion buyer menurut apa yg telah saya pelajari di Buying1 dan Buying2:
Bukan hanya memilih-milih style, bahan, warna dan aksesori yg pas, tapi juga harus mengkalkulasi sales forecast, budget dan retail purchases!!
Bukannya saya ngga pinter main angka (yah, walo saya akuin saya hobi bgt cabut pelajaran math pas SMA dulu sehingga sempet dapet D-), tapi saya yg baru dikasih project dan belom kerjaan beneran aja bisa ngga tidur dua hari gara-gara ngerjain beginian. Pertamanya kita harus bikin 6 months merchandising yg bentuknya kira-kira begini nih:

Terus kita akan dikasih katalog dan kita harus milih style, fabric, warna dan quantity yg kira-kira cocok dengan target market dan harus sesuai budget yg ada. Kemudian kita diharusin ngebuat yg namanya style assortments seperti ini:

Belom lg setelah itu harus dijabarin lg seperti ini:

Udah selesai bikin semua itu, kita harus lapor sama si bos. I'll tell you one thing, fashion industry is bitchy! Si bos akan dengan ngeselinnya nembak kita dengan pertanyaan-pertanyaan yg bikin pengen loncat dari atap, seperti : "Kenapa menurut kamu ini bisa laku?" atau "Kenapa kamu milih warna-warna ini?" atau "Kenapa quantity untuk sepatu size 37 lebih banyak dari size 40?" atau "Berani jamin ngga barang-barang ini bisa laku? Kamu pake duit saya, lho." dan lain sebagainya.
Untungnya saya belom teken kontrak sama perusahaan garmen mana pun dan dosen saya ngga sekeji bos-bos pada umumnya. Justru kebalikannya, sang dosen kasih komen, "Yg kamu pilih udah pas bgt dan sesuai sama target kita." Jadi seorang buyer pun sebenernya asik karena bisa keliling dunia, tapi kalo sampe ngorbanin waktu tidur saya? Semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Jadi buyer bisa bikin dompet jebol (saking banyaknya salary yg bakal diterima) tapi harus rela jauh dari keluarga dan ngga tidur berhari-hari. Hmmmm, berminat?
No comments:
Post a Comment